Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) menjelaskan bahwa kereta tanpa rel alias Autonomous Rail Transit (ART) nan diproduksi China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) bakal dikembalikan. Salah satu alasannya adalah lantaran berasas hasil penilaian Proof of Concept (PoC) ditemukan bahwa sistem autonomous dari trem otonom tersebut tetap belum dapat berfaedah dengan baik.
"Hasil dari penilaian PoC ditemukan bahwa sistem autonomous dari trem otonom belum dapat berfaedah dengan baik," ungkap Deputi bagian Transformasi Hijau dan Digital Otorita IKN, Mohammed Ali Berawi kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (27/12/2024).
Ali menjelaskan PoC merupakan bagian dari pengembangan dan uji coba produk teknologi terkini, di mana IKN sebagai tempat living lab dan innovation test-bed. Adapun untuk pembiayaan semua PoC nan dilakukan di IKN ditanggung oleh technology providers masing-masing, termasuk juga untuk POC trem otonom.
"Dari hasil assesment PoC maka nantinya pengadaan dan seleksi teknologi di IKN bakal dinilai kepada 4 penilaian utama, ialah Kualitas dan kehandalan Teknologi, Interoperabilitas Sistem, Value for Money, Transfer Knowledge dan Teknologi," terang dia.
Katanya, para Technology Providers sudah menyadari sepenuhnya sebelum melakukan PoC, bahwa POC bakal memberi nilai tambah dalam proses seleksi tetapi tidak menjamin penyedia teknologi memenangkan kejuaraan pengadaan.
"POC merupakan bagian dari pengembangan dan uji coba produk teknologi terkini, dimana IKN sebagai tempat living lab dan innovation test-bed," jelasnya.
Dikutip dari laman OIKN, penilaian PoC dilakukan di area Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Nusantara dengan dua rute pengetesan nan mencakup area di sekitar Kemenko 1-4 dan Jalan Sumbu Kebangsaan Barat dan Timur. Pengujian dilakukan pada jalur unik nan berkarakter 'mixed traffic' di mana ART berbagi jalan dengan kendaraan lain.
Meski kondisi area tetap dalam pembangunan, tim penilai PoC telah selesai melaksanakan evaluasi, dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan jalur jalan nan memungkinkan untuk dilakukan penilaian uji coba. Berdasarkan hasil evaluasi, tim penilai PoC menyimpulkan bahwa teknologi otonom ART direkomendasikan untuk dapat dimanfaatkan di Indonesia sebagai transportasi publik dengan catatan untuk dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan teknologi lebih lanjut.
Hal ini diperlukan untuk mencapai performa optimal sistem otonom sesuai dengan standar nan dipersyaratkan, lantaran sejauh ini sistem otonom belum dapat difungsikan. Kinerja ART dalam aktivitas PoC pada kondisi lingkungan saat ini di IKN belum menunjukkan sistem kendali otonom nan reliabel sebagaimana ditunjukkan pada sarana serupa di Tiongkok.
Rekomendasi penilaian juga termasuk perlunya penyempurnaan operasional trem secara otonom, peningkatan fitur penyesuaian dan keselamatan pada situasi mixed traffic, dan pembaruan sistem komunikasi agar sejalan dengan persyaratan keamanan siber di IKN.
Sebagai informasi, aktivitas penilaian PoC ini didukung oleh tim pertimbangan independen nan terdiri dari para master transportasi dan teknologi sistem kendali otonom tiga perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan praktisi ahli di Indonesia.
Tim ini diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Sigit Pranowo berbareng Prof. Dr. Eng. Benyamin Kusumoputro, dan Prof. Dr-Ing. Nandy Setiadi Djaya Putra dari Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono dari Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr. Techn. Ir. Danang Parikesit dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Nasrullah Armi dari Pusat Riset Telekomunikasi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Aditya Dwi Laksana dari Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), dan Yanto Yulianto dari Institution of Railway Signal Engineers (IRSE). Tim ini memastikan monitoring, evaluasi, dan aktivitas penilaian dilakukan secara objektif sesuai kebutuhan dan kesiapan ekosistem IKN. Evaluasi PoC berjalan antara 10 September hingga 22 Oktober 2024.
Ali mengatakan, sesuai dengan obrolan antara OIKN dan lintas kementerian dan lembaga (K/L) dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Dukungan Percepatan Penyelenggaraan Uji Coba dan Unjuk Kerja (Proof of Concept) Trem Otonom di Ibu Kota Nusantara, OIKN bertanggung jawab dalam penyelenggaraan dan penilaian kereta tanpa rel di IKN. Melihat hasil bahwa kereta itu belum beraksi dengan baik, maka pihaknya bakal meminta Norinco mengembalikan kereta ke China.
"Jika tidak maka sesuai dengan perjanjian MoU untuk PoC, kita bakal meminta pihak Norinco untuk mengembalikan trainset di IKN ke China," ujarnya.
Foto: Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa sarana Trem Otonom (Autonomous Rail Transit - ART) telah siap diuji Coba di Ibu Kota Nusantara (IKN). (Dok. Kemenhub)
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa sarana Trem Otonom (Autonomous Rail Transit - ART) telah siap diuji Coba di Ibu Kota Nusantara (IKN). (Dok. Kemenhub)
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Budi Rahardjo konsep transportasi di Ibu Kota Nusantara (IKN) adalah ramah lingkungan dan futuristik. Untuk itu ART menjadi salah satu pengganti nan dapat diujicobakan di IKN lantaran menerapkan konsep transportasi ramah lingkungan, berkepanjangan dan berteknologi tinggi.
"ART dioperasikan menggunakan baterai. Alhasil, kendaraan ini dapat meminimalisir emisi gas rumah kaca dan pemakaian daya fosil," katanya dalam keterangan tertulis.
Untuk itu Kementerian Perhubungan menfasilitasi ART untuk diujicobakan sebagai pengganti moda di IKN. Terkait uji coba ini nan melakukan MOU adalah otoritas IKN dengan vendor ialah Norinco dengan partisipasi dari CRRC Qindao Sifang. Oleh lantaran itu, pihak nan melakukan pertimbangan apakah ART ini layak dan cocok dengan kebutuhan IKN adalah Otoritas IKN.
"Sebagaimana kita ketahui, setelah melangkah uji coba selama kurang lebih 2 bulan, Otoritas IKN (OIKN) telah melakukan evaluasi. Hasil penilaian hingga pertimbangan oleh OIKN, ditemukan bahwa kereta tanpa rel, khususnya system autonomous belum dapat berfaedah dengan baik di IKN," bebernya.
"Menurut irit kami kita semua sepakat bahwa untuk IKN kita mencari nan terbaik. Jika kemudian ART dipandang belum memenuhi standar pertimbangan dari OIKN, tidak ada masalah, lantaran negara juga tidak dirugikan. Hal ini dikarenakan pembiayaan uji coba ditanggung oleh vendor ART," sebutnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi bilang salah satunya penyebabnya lantaran trem otonom tersebut tidak memenuhi persyaratan.
"Kalau dari otoritas (IKN) mengatakan bahwa itu tidak memenuhi kriteria alias persyaratan nan diinginkan oleh IKN. Ya saya sebenernya menyerahkan sepenuhnya kepada OIKN," kata Dudy di Jakarta, Kamis (14/11/2024).
Namun kewenangan pengembalian kereta otonom ini bukan di tupoksinya, maka Dudy menyerahkan pengembaliannya kepada Otoritas IKN.
"Sepenuhnya (pengembalian trem otonom), ada di otoritas IKN," sebut Dudy.
(wur/wur)
Saksikan video di bawah ini:
Video : Penjualan Ritel China November Naik 3%
Next Article Kereta Tanpa Rel Made in China Siap Diuji Coba di IKN 10 Agustus